Runguss – Pada akhir September lalu, seorang wanita asal Korea Selatan mencatatkan sejarah baru dengan menjadi kontestan tertua dalam ajang Miss Universe – kompetisi kecantikan prestisius yang pertama kali dihelat di Amerika Serikat sejak 1952.
Tahun ini, perubahan besar terjadi dalam kompetisi tersebut. Batasan usia maksimum dihapus, membuka kesempatan bagi siapa saja untuk turut serta. Di panggung Miss Universe Korea Selatan yang berlangsung megah di Seoul, rambut peraknya yang anggun bersinar indah dalam balutan gaun berkilau.
Dengan penuh percaya diri, Choi melangkah di samping peserta lain yang usianya terpaut beberapa dekade – cukup untuk menjadi cucunya. Meski gelar utama diraih oleh Han Ariel, mahasiswi mode berusia 22 tahun, Choi pulang membawa penghargaan sebagai Best Dresser.
Melansir dari Scmp pada Kamis (28/11/2024), momen kemenangan itu dirayakan hangat bersama dua anak dan tiga cucunya. Ketika berbicara di Seoul pada awal November, senyum lebar menghiasi wajahnya. Bagi Choi, tahun 2024 merupakan “tahun terbaik sepanjang hidup.”
Menurutnya, rahasia menjalani kehidupan yang bahagia di usia senja terletak pada keberanian untuk mengejar impian – sekecil atau sebesar apapun – tanpa memandang usia. Langkah berani diambil saat ia memutuskan meninggalkan profesi sebagai perawat dan mengejar karier sebagai model di usia 70-an.
“Kita hidup di era di mana segala kemungkinan terbuka lebar. Usia bukanlah penghalang, yang membatasi kita hanyalah imajinasi,” ungkap Choi penuh semangat.
Lahir di Masan, Korea Selatan pada tahun 1943, saat itu Semenanjung Korea masih berada di bawah pendudukan Jepang. Ayahnya yang seorang pegawai pemerintah, berjuang keras menghidupi keluarga besar beranggotakan sembilan orang.
“Sebagai anak kecil, saya tak pernah berani meminta sesuatu yang diinginkan. Kami sadar, kondisi keluarga tak memungkinkan,” kenangnya.
Perang Korea (1950–1953) memperburuk situasi, menyisakan kesulitan finansial yang mendalam. Di usia 20-an, majalah mode yang menampilkan model glamor terasa seperti angan-angan jauh.
“Melihat mereka begitu memukau, saya hanya bisa bermimpi,” ujarnya.
Namun, impian itu tampak mustahil. Pada akhir usia 20-an, pernikahan datang dan mengubah segalanya. Saat itu, norma sosial menuntut wanita untuk berhenti bekerja setelah menikah.
Kehamilan bahkan dirahasiakan agar ia tetap bisa bekerja sebagai asisten perawat hingga akhirnya melahirkan. Selepas melahirkan, perannya bergeser menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Tanpa layanan penitipan anak, pilihan lain tidak tersedia. Setelah suaminya pergi, pekerjaan kembali menjadi penyelamat.
Di usia 68 tahun, Choi pensiun, tetapi panggilan untuk kembali bekerja di usia 70-an datang karena tuntutan finansial. Pada tahun 2014, salah satu pasien menyarankannya untuk mencoba karier sebagai model senior – sesuatu yang baru pertama kali ia dengar.
Tak lama berselang, iklan akademi “model perak” di televisi menarik perhatiannya. Choi pun mendaftar untuk kelas mingguan, memulai perjalanan menuju impian yang sempat terkubur.
Tahun 2018 menjadi titik baliknya. Choi berhasil melangkah di panggung Seoul Fashion Week, menjadi model senior pertama dalam acara tersebut. Baginya, kekuatan impian dan visualisasi membuka jalan menuju pencapaian luar biasa ini.